Sabtu, 02 Januari 2016

KAJANG DALAM UPACARA NGABEN DI BALI

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht97aTMuPQy9mFwLhLVe71_5Vyo5ntTPRFHLHUB2Jta7N8IubrbdzrzwNWgixteMW1qhzlvGQqiZhIhhpQ1gBy3VuQdijs_D2O59bQWSnMPIp9nhmiHO2WDuLbP6bOevdd_EvVpwvdLyE/s1600/KAJANG+PASEK+SWASTA+GENI.png
Kajang berasal dari bahasa kawi yang artinya penutup, atau kerudung. Kajang adalah salah satu piranti upacara Pitra Yadnya, yaitu Pengabenan. Kajang ini terbuat dari selembar kain putih dengan panjang kurang lebih satu setengah meter (3 hasta). Dalam lembaran kain tersebut ditulisi dengan gambar-gambar tertentu dan aksara-aksara modre yang memiliki nilai-nilai magis sebagai simbol kelepasan. Dalam membuat kajang ini, tidak sembarang orang boleh membuatnya, biasanya orang yang berhak membuat adalah Sang Sulinggih (dwijati) , orang yang ditunjuk/mendapat anugrah dari Sulinggih untuk nyurat kajang, atau pemangku kawitan. Cerita awal tentang kajang ini terdapat dalam Kakawin Bharatayudha, diceritakan dalam kakawin tersebut Dewi Hidimbi meminta sebuah kerudung kepada Dewi Drupadi untuk menutup diri dalam perjalanan yang panas untuk menemui nenek moyang (leluhur) agar tidak mendapat rintangan dalam perjalannya menuju Swarga. Dalam kisah ini tersirat nilai yang sangat mendalam tentang fungsi, dan makna penggunaan kajang dalam upacara ngaben.
Kajang ini sesungguhnya ada dua macam, yaitu :
Kajang Siwa
Kajang Siwa adalah kajang yang diperoleh dari Sang Sulinggih (Pedanda, Sri Empu, Dukuh, Bhagawan, dll) yang muput upacara bersangkutan.
Kajang Kawitan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxO5aAwdFQ7JH7fp98ODKB9EvqXywt0WaTo-eqqqQATjIiKj_B-59ij5yPSsy7AGizWku_ERCgFSQJ425IvPLrvsnD5R1PVNekPkmCYTY-7yZDuq6NycwvI3eW23l8h3LOtswpOdzYKJw/s1600/KAJANG+PANDE+UTTAMA.png
Kajang Kawitan adalah kajang yang diperoleh dengan cara nunas kepada Bhatara Kawitan, di Pura Kawitan warga masing-masing. Kajang Kawitan ini akan berbeda antar setiap soroh/clan, seperti misalnya Kajang Pasek yang ada di gambar di atas, dan Kajang Pande yang ada di gambar dibawah.
 Kajang merupakan simbol atman yang dilukiskan dengan aksara dan gambar-gambar suci, penggunaan kajang ini dalam upacara pengabenan adalah diletakkan diatas jenazah/petinya seperti selimut. Sebelum dapat digunakan sesuai dengan nilai spiritualnya harus dilaksanakan upacara Ngajum Kajang, mengenai upacara ini akan diulas khusus pada artikel selanjutnya. Setelah selesai ngajum kajang barulah kajang ini dinyatakan telah memiliki nilai spiritual atau daya magis, pada saat pemberangkatan jenazah menuju kuburan (Setra/Patunon) kajang ini diletakkan di atas jenazah yang diusung menggunakan wadah/bade, dan nantinya akan dibakar bersama jenazah.
Kajang memiliki nilai spiritual sebagai tanda restu dari sanak keluarga, Sang Sulinggih, dan Bhatara Kawitan terhadap kepergian Sang Lina (mati) untuk manunggal kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. 
Identitas persaudaran di alam sana tidak ditentukan lagi oleh kelahiran dari ibu yang sama, dadia yang sama, melainkan dari kajang kawitan tersebut.
Identitas kajang kawitan yang mempersatukan kita nanti dengan saudara-saudara kita.
Selain itu, kajang kawitan juga menuntun supaya orang kembali ke hakikatnya.
Sekecil apapun upacara pengabenan, kajang menjadi sebuah keharusan karena merupakan sebuah identitas.

AKSARA SUCI DI DALAM KAJANG
Aksara suci yang ada dalam lukisan rerajahan kajang disebutkan adalah tanda legisigns, karena secara konvensional memiliki bentuk dan makna tertentu, yang dalam aktivitas sosial religius (upacara ngaben) berfungsi sebagai simbol komunikasi, secaraimmanent dan transendental yang dipedomani oleh masyarakat Hindu di Bali.
Bentuk aksara suci pada kajang dibedakan menjadi empat, yaitu :
·         Bentuk, berdasarkan kesejarahan aksara Bali (semua aksara suci tersebut tergolong bulat/bundar); 
·         Struktur aksara, aksara suara, pengangge aksara suara, aksara pangangge aksara wyanjana); 
·         Macam aksara wyanjana / wijaksara, dibedakan menjadi delapan, yaitu 
·         ekaksara | Ongkara
·         dwiaksara,| Purusha Prakerti
·         triaksara, | Pranawa "OM"
·         panca brahma.
·         panca aksara
·         dasaksara
·         catur dasaksara
·         saddasaksara; 
·         Aksara sebagai singkatan;atau berdasarkan tata letak/komposisi.
Beberapa fungsi aksara suci kajang : 
·         Fungsi referensial yaitu fungsi bahasa yang mereferensikan objek sebagai acuan makna. 
·         Fungsi emotif / ekspresif, yakni mengekspresikan bahasa sesuai dengan keinginan seperti pembuat kajang (pendeta / sulinggih) dan pengguna kajang (orang yang mengadakan upacara ngaben). Ada beberapa penggolongan kajang masing-masing memiliki aksara suci sebagai ciri pembeda: 
·         Kajang Brahmana, 
·         Kajang Ksatrya, 
·         Kajang Wesya,
·         Kajang Sudra, 
·         Kajang Pasek, 
·         Kajang Pande,
·         dll.
·         Fungsi metalinguistik merupakan fungsi bahasa yang dikaitkan dengan faktior di luar bahasa, dalam aksara suci tersebut secara metalinguistik fungsi bahasa dikaitkan dengan hakikat kehidupan, manusia sesuai keyakinan umat Hindu di Bali. Terlihat dari aksara suci yang dijadikan kode/sandi terkait dengan badan manusia (sarira kosha)
·         Fungsi magis, yaitu aksara suci yang dikaitkan dengan sesuatu yang sakral (nama-nama dewa sebagai manifestasi Tuhan).
Makna akasara suci APK meliputi:
·         Makna pemujaan kepada Tuhan:
·         Tuhan yang tunggal (esa), 
·         Tuhan sebagai pencipta Purusa Pradana
·         Tuhan sebagai Tri Murti,
·         Tuhan sebagai Panca dewata
·         Tuhan sebagai Siwa
·         dan Tuhan sebagai Dewata Nawa Sanga
·         Makna permohonan kepada Tuhan yaitu untuk :
·         Untuk mencapai kesucian, 
·         Mencapai kebahagiaan abadi, 
·         Mendapat perlindungan Tuhan, 

Sumber: http://sejarahharirayahindu.blogspot.co.id/2010/10/aksara-suci-dalam-kajang.html
http://nirmalajati.blogspot.co.id/2014/07/kajang.html

4 komentar:

  1. Bila yg mau diabenkan sudah dibakar sebalumnya ( mekingsan ring gni) apakah harus juga pakai kajang? Suksme

    BalasHapus
  2. mengapa ya bentuk kajang kita berbeda beda dan mengada ada kajang siwa ada juga kajang kawitan, suksma dumogi sami Rahayu

    BalasHapus