Om Swastiastu "Sebelum dibaca
postingan puniki, mohon bantuannya untuk melike Fanspage/halaman puniki dengan
mengklik like/suka di pojok kanan atas dan jika dirasa bermanfaat bisa dishare
ke semeton lainnya".
Om Swastiastu adalah salam yang kita
ucapkan bila bertemu dengan orang lain, sapaan sekalugus doa untuk lawan bicara
agar orang tersebut selalu diberkahi oleh TuhanYang Maha Esa.Salam umat Hindu
ini sekarang telah menjadi salam resmi dalam pertemuan pertemuan resmi. Selanjutnya
yang perlu kita pahami bersama adalah apa makna yang berada di balik ucapan Om
Swastiastu tersebut.
OM adalah aksara suci untuk Sang Hyang Widhi. Istilah
Om ini merupakan istilah sakral sebagai sebutan atau seruan pada Tuhan Yang
Mahaesa. Om adalah seruan yang tertua kepada Tuhan dalam Hindu. Setelah zaman
Puranalah Tuhan Yang Mahaesa itu diseru dengan ribuan nama. Kata Om sebagai
seruan suci kepada Tuhan yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga
fungsi itu adalah, mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di
alam ini. Mengucapkan Om itu artinya seruan untuk memanjatkan doa atau puja dan
puji pada Tuhan.
Dalam Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan
sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu mengucapkan Om
dengan sepenuh hati berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya ya
Tuhan. Kata
Swastiastu terdiri dari kata-kata Sansekerta: SU + ASTI + ASTU,Su artinya baik,
Asti artinya adalah, Su + Asti = Swasti Setelah mengucapkan Om dilanjutkan dengan kata swasti. Dalam bahasa
Sansekerta kata swasti artinya selamat atau bahagia, sejahtera. Dari kata
inilah muncul istilah swastika, simbol agama Hindu yang universal. Kata
swastika itu bermakna sebagai keadaan yang bahagia atau keselamatan yang
langgeng sebagai tujuan beragama Hindu. Lambang swastika itu sebagai
visualisasi dari dinamika kehidupan alam semesta yang memberikan kebahagiaan
yang langgeng.
Menurut ajaran Hindu alam semesta ini berproses dalam tiga
tahap. Pertama, alam ini dalam keadaan tercipta yang disebut Srsti. Kedua,
dalam keadaan stabil menjadi tempat dan sumber kehidupan yang membahagiakan.
Keadaan alam yang dinamikanya stabil memberikan kebahagiaan itulah yang disebut
swastika. Dalam istilah swastika itu sudah tersirat suatu konsep bahwa dinamika
alam yang stabil itulah sebagai dinamika yang dapat memberikan kehidupan yang
bahagia dan langgeng. Dinamika alam yang stabil adalah dinamika yang sesuai
dengan hak asasinya masing-masing. Ketiga, adalah alam ini akan kembali pada
Sang Pencipta. Keadaan itulah yang disebut alam ini akan pralaya atau dalam
istilah lain disebut kiamat.
Astu artinya mudah-mudahan atau semoga Kata astu sebagai penutup ucapan Swastiastu itu
berarti semoga. Jadi arti keseluruhan OM
SWASTIASTU adalah “Semoga ada dalam
keadaan baik atas karunia Hyang Widhi”.
Jika ditelusuri lebih lanjut, Kata
Swastiastu sangat erat kaitnnya dengan simbol suci Agama Hindu yaitu SWASTIKA. Swastika
merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan Buana Agung (Makrokosmos) dan Buana
Alit (Mikrokosmos). Bentuk Swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip
dengan galaksi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar
kekuatan dari perputaran alam ini. Keadaan alam ini sudah diketahui oleh nenek
moyang kita sejak dahulu kala dan lambang Swastika ini telah ada beribu-ribu tahun
sebelum Masehi. Dengan mengucapkan
panganjali Om Swastiastu itu, sebenarnya kita sudah memohon perlindungan kepada
Sang Hyang Widhi yang menguasai seluruh alam semesta ini. Dan dari bentuk
Swastika itu timbullah bentuk Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan (asta
dala) yang kita pakai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi.
Pengertian Swastiastu dalam beberapa kamus.
1. Kamus Bahasa Bali Kata “Swastyastu” berasal dari kata suasti, yang berarti selamat,
menjadi suastiastu yang berarti semoga selamat.
2. Kamus Kawi-Bali “Swastyastu berasal dari kata swasti yang berarti raharja,
rahayu, bagia, dan rahajeng. Astu yang berarti dumadak, patut, sujati, sinah.
Kata astu berkembang menjadi “Astungkara”
yang berarti puji, alem dan sembah. Sehingga “swastyastu” berarti semoga
selamat, semoga berbahagia
3. Kamus Jawa Kuna-Indonesia “Swasti” berarti kesejahteraan, nasib baik, sukses; hidup, semoga
terjadilah (istilah salam pembukaan khususnya pada awal surat atau dalam
penerimaan dengan baik). Sedangkan “astu”
memiliki 2 arti yaitu: 1. Semoga terjadi, terjadilah…. (seringkali pada awal
sesuatu kutuk, makian, berkah, ramalan), pasti akan….. 2. Nyata-nyata,
sungguh-sungguh (campuran dengan “wastu”?). Kata "astu" berkembang
menjadi “astungkara” yang berarti berkata “astu”, mengakui, mengiyakan dengan segan,
perkataan “astu”. Dari pengertian tersebut kata “swastyastu” berarti semoga
terjadilah nasib baik, sungguh sejahtera.
4. Kamus Sanskerta-Indonesia “Svasti” berarti hujan batu es, salam, selamat berpisah, selamat
tinggal. Berkembang menjadi “svastika”,
“svastimukha”, “svastivacya”. Kata svastika berarti tanda sasaran
gaib, tidak mendapat halangan, pertemuan empat jalan, lambang agama Hindu. Svastimukha berarti yang
belakang, terakhir, penyanyi, penyair. Svastivacya berarti salam ucapan selamat. Kata “astu” berarti sungguh, memuji. Dari
pengertian kedua kata tersebut dapat disimpukan “svastiastu” berarti menyatakan
selamat berpisah.
Dari beberapa pengertian kata dalam
kamus-kamus tersebut, dapat ditarik sebuah benang merah yang saling terkait
satu sama lainnya yaitu:
·
pengertian
“Swastyastu” dalam kamus Bahasa
Bali, Kawi Bali dan Jawa Kuna memiliki pengertian yang hampir sama, yaitu
berarti semoga selamat, semoga
bahagia, semoga sejahtera. Sedangkan dalam kamus Sanskerta berarti pernyataan selamat berpisah, selamat tinggal
·
kata
“astu” sebagai penutup hanya
mempertegas kata “svasti” yang
memang memiliki arti semoga, selamat berpisah, selamat jalan.
Pada dasarnya pengertian “swastyastu” pada keempat kamus itu
adalah sama, saling melengkapi satu sama lainnya, yaitu Ya Tuhan semoga kami selamat, selamat tinggal
dan semoga sejahtera (Semoga sejahtera dalam lindungan
Hyang Widhi), tidak ada manusia yang hidup di dunia ini tidak mendambakan keselamatan
atau kerahayuan di bumi ini. Selamat tinggal disini maksudnya adalah selamat
tinggal pada hal-hal sebelumnya yang telah dialami atau dilalui dan semoga
selamat dan sejahtera pada apa yang akan dialami atau dilalui pada kehidupan
sekarang. Dalam hidup tidak bisa dipisahkan dari tiga waktu yaitu: atita,
nagata, dan wartamana (dahulu, sekarang, dan yang akan datang).
Dalam penggunaannya pada kehidupan
sehari-hari kata “swastyastu” diawali dengan kata “Om” sebagai ucapan aksara suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehingga
menjadi “Om Swastyastu”. Kata
ini biasa atau lumrah digunakan sebagai salam pembuka (selain swastiprapta,
yang berarti selamat datang) kemudian diakhiri dengan “Om Santih, Santih, Santih Om” yang berarti semoga damai di hati,
damai di dunia, dan damai di akhirat (selain swastimukha yang berarti salam
penutup yang belakang).
Di beberapa kota besar, kini kata “swastiastu” juga sering digunakan
sebagai salam penutup atau akhir dari sebuah percakapan.Jika dilihat dari
pengertian arti katanya dalam kamus memang wajar kata itu dipergunakan sebagai
salam penutup sesuai dengan artinya, namun jika melihat nilai rasa maka akan
terasa janggal atau kurang pas.
Dalam agama Hindu, sebuah awal
adalah akhir dari semua yang terjadi, sedangkan akhir adalah sebuah awal
sesuatu yang baru. Hal ini yang mungkin dijadikan patokan penggunaan kata
“swastiastu” sebagai salam pembukaan dan salam penutup perjumpaan atau
percakapan (selain mungkin penunjukan eksistensi terhadap agama lain bahwa
agama Hindu juga memiliki salam awal dan akhir seperti halnya agama lain).
Namun, jika melihat lagi pada nilai rasa, rasanya kedengaran janggal. Pada
kesempatan ini saya juga mencoba menyampaikan beberapa padanan kata, yang
mudah-mudahan tidak jauh berbeda artinya dengan “swastyastu” sebagai salam
penutup perjumpaan atau percakapan. Beberapa kata tersebut antara lain:
“swastimukha”, yang berarti permulaan (mukha) kesejahteraan, permulaan nasib
baik, permulaan keselamatan; “swastisanti”, yang berarti ucapan selamat
berpisah dan damai (santi), selamat jalan dan semoga damai.
Namun kini dikalangan remaja kata Om Swastiastu dan Om
Santih, Santih, Santih Om sering disingkat dengan kata OSA maupun OSSSO hal ini
banyak ditemui ketika menjelang hari raya agama Hindu ucapan selamat Hari Raya
sering diawali dan diakhiri dengan kata OSA dan OSSSO. Hendaknya janganlh
menyingkat Salam Panganjali puniki karena seperti uraian diatas bahwa salam Om
Swastiastu maupun Om Santih, Santih adalah merupakan Salam sekaligus Doa.
Jadi, salam Om Swastiastu itu, meskipun ia terkemas dalam bahasa Sansekerta bahasa pengantar kitab suci Veda, makna yang terkandung di dalamnya sangatlah universal. Pada hakikatnya semua salam yang muncul dari komunitas berbagai agama memiliki arti dan makna yang universal. Yang berbeda adalah kemasan bahasanya sebagai ciri khas budayanya. Dengan Om Swastiastu itu doa dipanjatkan untuk KESELAMATAN SEMUA PIHAK TANPA KECUALI Salam Om Swastiastu itu tidak memilih waktu. Ia dapat diucapkan pagi, siang, sore dan malam. Semoga salam Om Swastiastu bertuah untuk meraih karunia Tuhan memberikan umat manusia keselamatan. Demikianlah pengertian dan makna Om Swastiastu yang tiang dapat dari berbagai sumber, semoga dapat memberikan pencerahan. mohon kritik dan sarannya.
Jadi, salam Om Swastiastu itu, meskipun ia terkemas dalam bahasa Sansekerta bahasa pengantar kitab suci Veda, makna yang terkandung di dalamnya sangatlah universal. Pada hakikatnya semua salam yang muncul dari komunitas berbagai agama memiliki arti dan makna yang universal. Yang berbeda adalah kemasan bahasanya sebagai ciri khas budayanya. Dengan Om Swastiastu itu doa dipanjatkan untuk KESELAMATAN SEMUA PIHAK TANPA KECUALI Salam Om Swastiastu itu tidak memilih waktu. Ia dapat diucapkan pagi, siang, sore dan malam. Semoga salam Om Swastiastu bertuah untuk meraih karunia Tuhan memberikan umat manusia keselamatan. Demikianlah pengertian dan makna Om Swastiastu yang tiang dapat dari berbagai sumber, semoga dapat memberikan pencerahan. mohon kritik dan sarannya.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Sumber : http://kumpulanartikelhindu.blogspot.co.id/2013/07/om-swastiastu-semoga-ada-dalam-keadaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar